1. Metode Kalender (Ogino-Knaus)
Penelitian yang dilakukan pada tahun 1930-an telah membuahkan metode terkini keluarga berencana alami, yakni metode “ritmik”, yang dikenal sebagai metode kalender. Metode tersebut berdasarkan temuan bahwa ovulasi terjadi pada suatu hari tertentu, kurang lebih 14 hari sebelum periode menstruasi. Berdasarkan temuan ini, masa subur seorang wanita dapat ditentukan.
Kyusaku Ogino (Jepang) : ovulasi umumnya terjadi pada hari ke 15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan datang.
Herman Knaus (Austria) : ovulasi selalu terjadi pada hari ke 15 sebelum haid yang akan datang.
Problem terbesar dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari. Metode ini banyak keterbatasan karena panjang siklus menstruasi. Oleh karena siklus menstruasi yang cukup teratur sangat diperlukan untuk perkiraan waktu ovulasi yang dapat diandalkan, wanita dengan kondisi berikut tidak dapat bergantung pada metode kalender. Wanita yang memiliki siklus menstruasi lebih pendek dari 25 hari, wanita yang siklus menstruasinya tidak teratur, wanita yang memiliki variasi waktu 8 hari atau lebih, wanita yang berada pada masa nifas, wanita yang sedang menyusui dan wanita yang berada pada masa perimenopause.
Metode kalender kanya dapat memprediksi kapan masa subur seorang wanita dalam siklus menstruasinya sehingga kemungkinan besar bisa hamil. Perkiraan ini didasarkan pada waktu ovulasi seperti yang ditetapkan berdasarkan perhitungan kalender, yang dibuat dari riwayat menstruasi selama 8 sampai 12 siklus menstruasi. Individu wanita harus tetap mencatat siklus menstruasinya untuk mengidentifikasi siklus terlama dan siklus terpendek sehingga semua kemungkinan hari-hari subur dapat ditentukan. Perhitungan yang digunakan saat ini memiliki faktor variasi ± 2 hari di sekitar 14 hari sebelum masa menstruasi berikutnya, dua sampai tiga hari bagi sperma untuk dapat bertahan hidup sehingga jumlah keseluruhan untuk bertahan hidup adalah 9 hari, sedangkan ovum hidup selama 24 jam.
Wanita dapat mengurangi 18 hari dari panjang siklus terpendeknya untuk menentukan masa subur yang pertama dan 11 hari dari lama siklus menstruasi terpanjang untuk menentukan masa suburnya yang terakhir. Pasangan kemudian tidak melakukan hubungan seksual selama masa subur yang telah diperkirakan guna mencegah konsepsi. Dalam menentukan masa subur maka diperlukan catatan siklus haid 8 bulan atau lebih.
2. Metode Suhu Basal Badan (Thermal)
Ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan mengukur suhu badan secara teliti dengan thermometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0°C untuk mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil suhu tubuh.
Peninggian suhu basal badan sebanyak 0,2-0,5 °C pada waktu ovulasi, peninggian suhu basal badan mulai 1-2 hari setelah ovulasi, dan disebabkan oleh peninggian kadar hormon progesterone yang dihasilkan korpus luteum.
Masa subur sejak ovulasi sampai fase pascaovulasi selama siklus menstruasi dapat ditentukan dengan memperkirakan bahwa masa subur terus berlanjut sampai terdapat peningkatan yang tetap atau keadaan suhu yang tetap selama 3 hari atau setelah 5 hari peningkatan yang progresif. Hari-hari tidak subur mulai muncul dan berlanjut sampai terjadinya menstruasi. Metode suhu basal itu sendiri hanya berfungsi untuk menentukan kapan ovulasi terjadi dan mengidentifikasi hari-hari subur setelah ovulasi. Metode ini tidak dapat memperkirakan waktu terjadinya ovulasi atau menentukan hari-hari subur setelah ovulasi dan hari-hari tidak subur setelah ovulasi. Pencatatan suhu dilakukan setiap hari pada sebuah tabel/kertas grafik
Contohnya grafiknya seperti ini : Contoh grafik suhu basal tubuh
a. Teknik Metode Suhu Basal Badan:
1) Umumnya digunakan thermometer khusus dengan kalibrasi yang diperbesar (basal thermometer).
2) Waktu pengukuran harus pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur nyenyak sekiranya 3-5 jam serta masih dalam keadaan istirahat mutlak.
3) Pengukuran dilakukan secara: Oral (3 menit), Rektal (1 menit), ini cara terbaik Vaginal
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu basal badan:
1) Influensa atau infeksi traktus respiratorius lain.
2) Infeksi/penyakit lain yang meninggikan suhu badan.
3) Inflamasi lokal lidah, mulut atau daerah anus.
4) Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk.
5) Jam tidur ireguler.
6) Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum pengambilan suhu basal badan.
7) Pemakaian selimut elektris.
8) Kegagalan membaca thermometer dengan tepat.
c. Macam-macam Peninggian Suhu Basal Badan:
1) Peninggian suhu yang mendadak (abrupt).
2) Peninggian suhu yang perlahan-lahan (gradual).
3) Peninggian suhu yang bertingkat, umumnya didahului penurunan suhu yang cukup tajam.
4) Peninggian suhu seperti “gigi gergaji”.
3. Metode Lendir Serviks ( Metode Ovulasi Billings, MOB)
Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi, yang menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu fertilitas maksimal dalam masa subur.
Perubahan lendir serviks selama sikllus menstruasi merupakan akibat pengaruh estrogen. Saat kedua ovarium berada dalam keadaan diam, akan terlihat jumlah estrogen dan progesteron menurun, hasilnya adalah ketiadaan sensasi atau lendir pada vulva.
Pada metode MOB, mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina, pengamatan sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam hari. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
Untuk menggunakan metode MOB ini, seorang wanita harus belajar mengenali pola kesuburan dan pola dasar ke tidaksuburannya. Untuk menghindari kekeliruan dan untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar, pasangan diminta secara penuh tidak bersenggama pada satu siklus haid, untuk mengenali pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
Pola kesuburan adalah pola yang terus berubah, dan pula dasar ketidaksuburan adalah pola yang sama sekali tidak berubah dari hari ke hari. Kedua pola ini mengikuti kegiatan hormon-hormon (khususnya estrogen dan progesteron) yang mengontrol daya tahan hidup sperma dan pembuahan. Oleh karena itu, dapat memberi informasi yang dapat diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan. Suatu catatan yang sederhana dan tepat adalah kunci untuk keberhasilan. Suatu rangkaian kode digunakan untuk melengkapi catatan. Kode ini harus cocok dengan budaya lokal dan dapat digunakan oleh pengguna KBA secara luas.
a. Pendefinisian kode penggunaan metode lendir serviks
1) Hari-hari kering: setelah darah haid bersih, kebanyakan ibu mempunyai 1 sampai beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering, ini dinamakan hari-hari kering.
2) Hari-hari subur: ketika terobsesi adanya lendir sebelum ovulasi, ibu dianggap subur, ketika terlihat adanya lendir, walaupun jenis lendir yang kental dan lengket. Lendir subur yang basah dan licin mungkin sudah ada di serviks dan hari subur dimulai.
3) Hari puncak: adalah hari terakhir adanya lendir licin, mulur dan ada perasaan basah.
b. Peranan Lendir Serviks.
Lendir serviks yang diatur oleh hormon estrogen dan progesteron ikut berperan dalam reproduksi. Pada setiap siklus haid diproduksi 2 macam lendir serviks oleh sel-sel serviks, yaitu:
1) Lendir type E (Estrogenik)
a)Di produksi pada fase akhir pra ovulasi dan fase ovulasi
b) Sifat-sifat:
Banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas rendah Spinnbarkeit (elastisitas) besar. Spinnbarkeit= sampai seberapa jauh lendir dapat dapat diregangkan sebelum putus.
Bila dikeringkan terjadi bentuk seperti daun pakis (fernlike pattern, ferning, arborization). Spermatozoa dapat “menembus” lendir ini.
2) Lendir type G (Gestagenik)
a) Diproduksi oleh fase awal pra ovulasi dan setelah ovulasi.
b) Sifat-sifat:
· Kental
· Viskositas tinggi
· Keruh (opaque)
· Dibuat karena peninggian kadar progesteron
· Spermatozoa tidak dapat menembus lendir ini.
4. Metode Symto-Termal
Metode symto-termal menggunakan semua tanda dan gejala sejak munculnya ovulasi. Dengan demikian, metode ini dilakukan dengan mengamati perubahan lendir dan perubahan suhu basal tubuh dan menambahkan indikator ovulasi yang lain.
Ibu harus mendapat instruksi untuk metode lendir serviks dan suhu basal. Ibu dapat menentukan masa subur ibu dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks.
Tanda dan gejala menjelang ovulasi diantaranya:
a. Mittelschmersz. Nyeri dipertengahan siklus memunculkan sejumlah tanda dan gejala, seperti:
1) Nyeri yang terasa di pinggir tengah abdomen bawah dan diakibatkan folikel yang ruptur.
2) Bercak darah atau perdarahan yang banyak
3) Nyeri bagian bawah atau nyeri yang menyebar.
4) Nyeri tekan menyeluruh pada abdomen tengah bagian bawah dan area pelvik.
b. Peningkatan hasrat seksual (libido).
c. Perubahan suasana hati.
d. Gambaran pakis lendir serviks.
e. Perubahan serviks.
f. Payudara yang menegang dan nyeri ketika di tekan.
Cara lain untuk menentukan waktu ovulasi adalah biopsi endometrium, pemeriksaan hormon dalam urin atau darah, dan ultrasonografi ovarium.
B. Kontra Indikasi KBA
Umumnya merupakan kontraindikasi relatif, yaitu:
1. Sikluls haid yang tidak teratur.
2. Riwayat siklus haid yang an-ovulatori.
3. Kurve suhu badan yang tidak teratur.
C. Komplikasi KBA
Komplikasi dari KB Alami umumnya tidak ada, namun sesuai dengan tujuan dari program KB yaitu menanggulangi terjadinya kehamilan jadi Persoalan yang timbul adalah bila terjadi kegagalan/kehamilan.
D. Keuntungan Non-Kontraseptif KBA.
1. Meningkatkan keterlibatan suami dalam KB.
2. Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh pasutri.
3. Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan komunikasi antar pasutri.
E. Keuntungan Kontrasepsi KBA
1. Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan.
2. Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
3. Tidak ada efek samping sistemik.
4. Murah atau tanpa biaya.
F. Keterbatasan
1. Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi.
2. Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan KBA.
3. Dibutuhkan pelatih/guru.
G. Yang dapat Menggunakan KBA
1. Semua perempuan selama reproduksi
2. Perempuan gemuk/kurus
3. Perempuan yang merokok
4. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu
5. Pasangan yang dari segi umur dan paritas
6. Perempuan sebelum mendapatkan haid.
7. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalnya.