Pendahuluan
Berdasarkan
pengetahuan yang berkembang dalam pembahasan tentang teori proses menjadi tua
(menua) yang hingga saat ini dianut oleh gerontologis, maka penting juga bagi
perawat dalam tingatan kompetensinya untuk mengembangkan konsep dan teori
keperawatan serta sekaligus praktik keperawatan yang didasarkan atas teori
proses menjadi tua (menua) tersebut. Postulat yang selama ini diyakini oleh
para ilmuwan perlu diimplikasikan dalam tataran nyata praktek keperawatan,
sehingga praktek keperawatan benar-benar mampu memberi manfaat bagi kehidupan
masyarakat.
Perkembangan ilmu
keperawatan perlu diikuti pula dengan pengembangan praktik keperawatan, yang
pada akhirnya mampu memberikan kontribusi terhadap masalah-masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat.
Secara umum,
implikasi/praktek keperawatan yang dapat
dikembangkan dengan proses menua dapat didasarkan pada teori menua
menurut/secara biologis, Psikologis, dan sosial.
Berikut akan diuraikan tentang
bentuk-bentuk implikasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada individu yang
mengalami proses penuaan, dengan didasarkan pada teori yang mendasari proses
menua itu sendiri. Impliaski keperawatan yang diberikan didasarkan atas asumsi
bahwa tindakan keperawatan yang diberikan lebih ditekankan pada upaya untuk
memodifikasi faktor-faktor yang secara teoritis
dianggap dapat mempercepat proses penuaan. Istilah lain yang digunakan untuk menunjukkan
teori menua adalah Senescence, yang diartikan sebagai perubahan perilaku sesuai
usia akibat penurunan kekuatan dan kemampuan adaptasi (Comfort, 1970)
A.
Teori Biologis dan Implikasi Keperawatan
Teori biologis
dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua merupakan perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup (Zairt, 1980).
Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural sel /organ
tubuh, termasuk didalamnya adalah pengarub agen patologis.
Fokus dari teori
ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat proses penurunan fungsi
organisme. Yang dalam konteks sistemik, dapat mempengaruhi/ memberi dampak
terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan
usia kronologis (Hayflick, 1977).
Termasuk teori
menua dalam lingkup proses menua biologia adalah Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory), Teori Kesalahan
(Error Theory), Teori Pakai dan Usang (Wear & Tear Theory), Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory), Teori Imunitas (Immunity Theory) dan Teori Ikatan Silang (Cross Linkage Theory).
a. Teori Kesalahan
Sejalan
dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa perubahan alami pada
sel pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi pembangun/pembentuk sel baru.
Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih
besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA.
Konsep
yang diajukan oleh Orgel (1963) menyampaikan bahwa kemungkinan terjadinya
proses menua adalah akibat kesalahan
pada saat transkirpsi sel pada saat sintesa protein, yang berdampak pada
penurunan kemampuan kualitas (daya hidup) sel atau bahkan sel-sel baru relatif
sedikit terbentuk. Kesalahan yang terjadi pada proses transkripsi ini
dimungkinkan oleh karena reproduksi dari enzim dan rantai peptida (protein) tidak dapat
melakukan penggandaan substansi secara tepat. Kondisi ini akhirnya
mengakibatkan proses transkripsi sel berikutnya juga mengalami perubahan dalam
beberapa generasi yang akhirnya dapat merubah komposisi yang berbeda dari sel
awal (Sonneborn, 1979).
b. Teori Keterbatasan
Hayflick
Diperkenalkan
oleh Hayflick dan Moorehead (1961) dimana menyatakan bahwa sel-sel mengalami
perubahan kemampuan reproduksi sesuai dengan bertambahnya usia.(Lueckenote :
1996) Selain diatas, dikenal juga istilah Jam Biologis Manusia yang diperkirakan
antara 110 – 120 tahun (Stanley, Pye, MacGregor dalam Lueckenote : 1996) Jam
Biologis Manusia diasumsikan sebagai waktu dimana sel-sel tubuh manusia masih
dapat berfungsi secara prodeuktif untuk menunjang fungsi kehidupan. Teori Hayflick menekankan bahwa perubahan
kondisi fisik pada manusia dipengruhi oleh adanya kemampuan reproduksi dan
fungsional sel organ yang menurun sejalan dengan bertambahnya usia tubuh
setelah usia tertentu
c. Teori Pakai dan
Usang
Dalam
teori ini, dinyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup manakala sel-sel
tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini dikenalkan oleh Weisman
(1891). Hayflick menyatakan bahwa kematian merupakan akibat dari tidak
digunakannya sel-sel karena dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat
meremajakan lagi sel-sel tersebut secara mandiri.
Teori
ini memandang bahwa proses menua merupakn proses pra – program yaitu proses
yang terjadi akibat akumulasi stress dan
injuri dari trauma. Menua dianggap sebagai “Proses fisiologis yang ditentukan oleh
sejumlah penggunaan dan keusangan dari organ seseorang yang terpapar dengan
lingkungan (Matesson, Mc.Connell, 1988)
d. Teori Imunitas
Dalam
teori ini, ketuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem
immun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limposit –T, disamping
perubahan juga terjadi pada Limposit-B.
Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sisitem imun humoral, yang dapat
menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk : (a) menurunkan resistansi
melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker (b) menurunkan kemampuan
untuk mengadakan inisiasi proses dan secara agresif memobilisasi pertahanan
tubuh terhadap patogen (c) meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak
pada semakin meningkatnya resiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan
autoimmun.
e. Teori Radikal
Bebas
Teori
radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat kekurangefektifan
fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas
dalam tubuh. D. Harman menyatakan bahwa secara normal radikal bebas ada pada
setiap individu dan dapat digunakan untuk memperdiksi umur kronologis individu.
Yang disebut radikal bebas disini adalah molekul yang memilki tingkat afinitas
yang tinggi, merupakan molekul, fragmen molekul atau atom dengan elektron yang
bebas tidak berpasangan. Radikal bebas
merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sebagai salah satu hasil kerja
metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia terbentuk dari proses metabolisme
tubuh, tetapi ia dapat terbentuk akibat : (1) Proses oksigenisasi lingkungan
seperti pengaruh polutan, ozon dan pestisida. (2) Reaksi akibat paparan dengan
radiasi (3) sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya.
Radikal bebas yang reaktif mampu merusak sel,
termasuk mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian
(apoptosis) sel, menghambat proses reproduksi sel. Hal lain yang mengganggu
fungsi sel tubuh akibat radikal bebas adalah bahwa radikal bebas yang ada dalam
tubuh dapat menyebabkan mutasi pada transkripis DNA – RNA pada genetik walaupun
ia tidak mengandung DNA. Dalam sistem
syaraf dan jaringan otot, dimana radikal bebas memiliki tingkat afinitas yang
relatif tinggi dibanding lainnya, terdapat/ditemukan substansi yang disebut
juga dengan Lipofusin, yang dapat digunakan juga untuk mengukur usia kronologis
seseorang.
Lipofusin
yang merupakan pigmen yang diperkaya dengan lemak dan protein ditemukan
terakumulasi dalam jaringan orang-orang tua. Kesehatan kulit berangsur-angsur
menurun akibat suplai oksigen dan nutrisi yang makin sedikit yang akhirnya
dapat mengakibatkan kematian jaringan kulit itu sendiri.
Vitamin
C dan E merupakan dua substansi yang dipercaya dapat menghambat kerja radikal
bebas (sebagai antioksidan) yang memungkinkan menyebabkan kerusakan jaringan
kulit. Rockestein dan Sussman (1979) menyatakan bahwa Butilat Hidroksitoluent
dapat memiliki efek antioksidan ketika diberikan kepada tikus.
f. Teori Ikatan
Silang
Dikenalkan
oleh J. Bjorksten pada tahun 1942, menekankan pada postulat bahwa proses menua
terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan
dalam kimiawi tubuh. Teori ini
menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekular dari sel berikatan secara
bersama-sama membentuk reaksi kimia. Termasuk didalamnya adalah kolagen yang
merupakan rantai molekul yang relatif panjang yang dihasilkan oleh fibroblast.
Dengan terbentuknya jaringan baru, maka jaringan tersebut akan bersinggungan
dengan jaringan yang lama dan membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil akhir dapi
proses ikatan silang ini adalah peningkatan densitas kolagen dan penurunan
kapasitas untuk transport nutrient serta untuk membuang produk-produk sisa
metabolisme dari sel.
Zat
ikatan silang ditemukan pada lemak tidak jenuh, ions polyvalen seperti
Alumunium, Seng, dan Magnesium.
Dari konsep
diatas, maka implikasi keperawatan yang dapat ditetapkan antara lain :
a. Dalam hubungan
dengan orang yang tua, perlu bagi perawat untuk memperhatikan teori proses
menua
b. Aktivitas
(kegiatan) sehari-hari merupakan salah satu bagian dari perilaku kehidupan
normal yang tidak perlu dibatasi secara berlebihan, tetapi lebih cenderung
untuk memodifikasi perilaku sebagai akibat perubahan fisik dari manula itu
sendiri. Perilaku hidup sehari-hari diperlukan untuk menjaga kondisi fisik
tetap dalam batas normal dan mengoptimalkan kemampuan diri.
c. Pola hidup sehat
yang dilakukan dapat mempengaruhi perubahan-perubahan dasar biologis dari
proses menua itu sendiri. Konsumsi makanan yang sehat,cukup gizi dan
menghindari faktor-faktor resiko pencetus stress fisik dan pembentuk radikal bebas
merupakan salah satu upaya untuk mengurangi proses menua secara biologis.
d. Melakukan
kehidupan dengan melakukan kerja seimbang dan pemenuhan kebutuhan seimbang
mampu memberikan montribusi yang positif dalam peningkatkan performens individu
itu sendiri
e. Menghindari
leingkungan dengan tingkat resiko radiasi atau polutan yang tinggi merupakan
langkah yang bida ditempuh untuk menghindari cepatnya proses menua secara
biologis.
f. Perlu bagi perawat
untuk memperhatikan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan pasien akan sarana dan
prasarana yang menunjang pencapaian kebutuhan hidup serta meningkatkan kualitas
hidup melalui pengadaan alat-alat aktifitas yang memadai, mengurangi resiko
stress fisik berlebih serta terhindar dari polusi.
B.
Teori Psikologis Dan Implikasi Keperawatan
a. Teori Tugas
Perkembangan
Havigurst
(1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara lain adalah :
- Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan
kesehatan
- Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya
penghasilan
- Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
- Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
- Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
- Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Selain
tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan yang spesifik yang
dapat muncul sebagai akibat tuntutan :
- Kematangan fisik
- Harapan dan kebudayaan masyarakat
- Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi
b. Teori Delapan
Tingkat Kehidupan
Secara
Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi dimana
kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Ericson (1950)
yang telah mengidentifikasi tahap perubahan psikologis (depalan tingkat
kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani
adalah untuk mencapai keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.
Peck
(1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan erikson dengan
mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat dipilah dalam tiga
tingkat yaitu : pada perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi,
perubahan tubuh terhadap pola preokupasi, dan perubahan ego terhadap ego
preokupasi.
Pada
tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas perkembangan
yang harus dijalani oleh lansia adalah
menerima identitas diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang
adekuat dari lingkungan untuk mengnhadapi adanya peran baru sebagai orang tua
(preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan hal yang
dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan
penurunan harga diri dari orang tua tersebut.
Perubahan
fiisik dan pola fikir pada usia lanjut juga dapat menjadi salah satu gangguan
yang berarti bagi kehidupan lanjut usia. Kondisi fisik/pola fikir yang menurun
kadang tidak disadari oleh lanjut usia dan hal ini dapat mengkibatkan konflik
terhadap peran baru dari lanjut usia yang harus dijalaninya.
Tugas
perkembangan terakhir yang harus diterima oleh lanjut usia adalah bahwa mereka
harus mampu menerima kematian yang bakal terjadi pada dirinya dalam
kesejaheraan. Pemanfaatan sisa keefektifan tubuh untuk aktivitas sehari-hari
dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan moral individu dalam menerima
perubahan ego menuju keselarasan diri.
c. Teori Jung
Carl Jung merupakan psikolog swiss yang
mengembangkan teori bahwa perkembangan personal individu dilalui melalui
tahapan-tahapan : masa kanak-kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia
pertengahan, dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan oleh adanya ego yang
dimiliki, ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif. Teori ini
mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan, pada masa usia
petengahan maka seseorang mulai mencoba menjawab hakikat kehidupan dengan
mengeksplorasi nilai-nilai, kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa
ini dapat terjadi “krisis usia pertengahan” yang dapat mempengaruhi/menghambat
proses ketuaan itu sendiri secara psikologis. Adanya sikap ekstrovert maupun
introvert sangat berpengaruh sekali terhadap peran dan penyelesaian masalah
kehidupam saat usia pertengahan. Pencapaian keselarasan hidup merupakan salah
satu indikator telah tereksplorasinya nilai-nilai kehidupan oleh individu dan
pencapaian ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian (introvert maupun ekstrovert).
Berdasar pada pemahaman diatas, maka Jung menilai bahwa seseorang mampu
dianggap sukses dalam proses menua manakala individu mampu untuk menjadi “orang
yang berfokus pada orang lain” dan memiliki kepedulian yang penuh terhadap
kehidupan sosial.
Implikasi keperawatan :
1. Perlunya
penyadaran / pendidikan kesehatan kepada manula dalam upaya menjalani proses
kehidupan
2. Kegiatan
penyelenggaraan suport psikologis sangat diperlukan untuk mencapai hasil
optimal bagi kesejahteraan psikis
3. Perawat harus
mampu mengakomodasi/memfasilitasi proses kegiatan penyelanggaraan penyuluhan
dan bimbingan rohani sera support psikologis
4. Masalah yang
dihadapi oleh manula saat ini dapat merupakan akibat terjadinya gangguan pada
tahap kehidupan sebelumnya, sehingga perawat perlu mempelajari konsep
psikologis secara mapan dan mampu menjadi fasilitator dalam bimbingan rohani.
C.
Teori Sosial Menua Dan Implikasi Keperawatan
1. Teori Stratifikasi
Usia
Pada
awal tahun 1970, teori ini muncul dan menjadi suatu wacana publik yang besar.
Teori ini menyatakan bahwa orang yang mengalami proses menua dipandang sebagai
individu elemen sosietas dan juga sebagai anggota kelompok/group dalam masyarakat. Rilley (1985) mengungkapkan ada
lima konsep utama yang mendasarinya yaitu :
- setiap individu merupakan bagian sosietas
- adanya keunikan peran tugas dan fungsi
- tidak hanya pada tataran tertentu saja terjadi
perubahan
- Pengalaman yang dimiliki oleh orang yang tua dapat
dibentuk melalui parameter umur dan tugas
- hubungan antara manusia usial lanjut dengan lingkungan
tidak stagnasi
b. Teori Aktivitas
Teori
ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu eksis dan aktif dalam
kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di hari tua.
(Havigurst dan Albrech. 1963). Aktivitas dalam teori ini dipandang sebagai
sesuatu yang vital untk mempertahankan rasa kepuasan pribadi dan kosie diri
yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa : (1) aktif lebih baik
daripada pasif (2) Gembira lebih baik daripada tidak gembira (3) orang tua
merupakan adalah orang yang baik untuk mencapai sukses dan akan memilih
alternatif pilihan aktif dan bergembira.
2. Teori Kontinyuitas
Teori
ini memandag bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu terjadi dan secara
berkesinambungan yang harus dihadapi
oleh orang lanjut usila.
Implikasi
Keperawatan
1. Perlu bagi perawat
untuk tetap mengaktifkan peran sosial manula sesuai dengan kemampuannya
2. Perawat harus
mampu menciptakan lingkungan sosial yang berfariatif.
DAFTAR PUSTAKA
Ader, Felten
DL, Cohen N (1991) Psychoneuroimmunology, Academic Press Inc. 2nd
edition. New York
Depkes R.I
(1999) Kesehatan keluarga, Bahagia dim Usia Senja, Medi Media, Jakarta
Kozier,
Barbara (1991) Fundamentals of Nursing, Concepts, Pocess and Practice, 2th
edition, Addison Wesley Co. California
Lueckenote
A.G (1996) Gerontologic Nursing, Mosby Year Book Co. Inc, Missourri
Nugroho
Wahyudi (1995) Perawatan Usia Lanjut, Penerbit EGC, Jakarta
Setyabudhi
T, Hadiwinoyo (1999) Panduan Gerontologi, Tinjauan dari Berbagai Aspek, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta