A. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar) yaitu tubamuskular panjang yang merentang dari mulut sampai anus dan organ-organ aksesoris seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pankreas (Sloane, 2004 : 281). Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 984) saluran gastrointestinal adalah jalur (panjang totalnya 23 sampai 26 kaki) yang berjalan dari mulut melalui esofagus. Lambung dan usus sampai anus. Organ saluran cerna (gastrointestinal) adalah membentuk suatu lumen kontinyu yang berawal di mulut dan berakhir di anus, fungsi utama saluran cerna adalah mencerna makanan dan menyerap cairan dan zat gizi yang diperlukan untuk energi dan sebagai bahan dasar (building bloks) untuk pertumbuhan (Alpers, 2006 : 1099).
1. Rongga oral
Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesoris yang berfungsi dalam proses awal pencernaan.
a. Bibir tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat organ ini berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara.
b. Pipi
Mengandung otot buksinator mastikasi lapisan epitelial pipi merupakan subject abrasi dan sel secara konstan terlepas untuk kemudian diganti dengan sel-sel baru yang membelah dengan cepat.
c. Lidah
Diletakkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua, lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan dalam produksi wicara.
d. Kelenjar saliva atau ludah
Mensekresi saliva ke dalam rongga oral, saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus, fungsi saliva adalah melarutkan makanan secara kimia, melembabkan dan melumasi makanan, sebagai zat anti bakteri dan antibody yang membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.
e. Gigi
Tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan maksila. Manusia memiliki 2 susunan gigi : gigi primer (desiduous, gigi susu) yang totalnya 20 gigi, dan gigi sekunder (permanen) yang total keseluruhan 32 gigi, yang digunakan untuk pengunyahan (mastikasi) (Sloane, 2004 : 284).
2. Faring
Faring merupakan penghubung rongga mulut dengan esofagus, aksi penelanan meliputi tiga fase (volunter, faring, esofagus) (Sloane, 2004 : 2850.
3. Esofagus
Esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristaltik, mukosa esofagus memproduksi sejumlah besar mukus untuk melumasi dan melindungi esofagus, esofagus tidak memproduksi enzim pencernaan.
4. Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di bawah diafragma. Semua bagian kecuali bagian kecil terletak pada bagian sisi garis tengah. Regia-regia lambung terdiri dari bagian-bagian jantung, fundus, badan organ dan bagian pilorus.
a. Bagian jantung lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan lambung (pertemuan gastroesofagus).
b. Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus.
c. Badan lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus yang membentuk dua pertiga bagian lambung.
d. Bagian pilorus lambung menyempit di ujung bawah lambung dan membuka ke duodenum.
Fungsi lambung terdiri dari penyimpanan makanan, produksi kismus, digesti protein, produksi mukus, produksi faktor intrinsik (glikoprotein, vitamin B12 dan absorpsi (Sloane, 2004 : 288).
5. Usus halus
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan muskularis eksterna berelaksasi. Divisi usus halus ada 3 yaitu : duodenum yaitu bagian yang terpendek (25 cm sampai 30 cm), yeyenum adalah bagian yang selanjutnya, panjangnya kurang lebih 1 meter sampai 1,5 meter, ileum (2 m sampai 2,5 m) merentang sampai menyatu dengan usus besar. Dan gerakan usus ada 2 jenis yaitu segmentasi irama adalah gerakan pencampuran utama, segmentasi mencampur kismus dengan cairan pencernaan dan memaparkannya ke permukaan absorptif. Gerakan peristaltis adalah kontraksi ritmik otot polos longitudinal dan sirkular. Kontraksi ini adalah daya dorong utama yang menggerakkan kimus ke arah bawah di sepanjang saluran (Sloane, 2004 : 289).
6. Usus besar
Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke usus besar, sebagian besar nutrien telah dicerna dan diambil dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna. Makanan biasa memerlukan waktu 2 sampai 5 hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan yang satu ke ujung lainnya. Bagian-bagian usus besar antara lain sekum, apendik, dan kolon terdiri dari asenden, tranversum, desenden dan sigmoid. Usus besar berfungsi sebagai tempat absorbsi air, natrium, dan mineral lain, sebagai tempat tinggal bakteri colli dan tempat feses (Sloane, 2004 : 295).
7. Rectum
Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis. Fungsi rektum adalah sebagai jalannya feses dari kolon menuju anus.
8. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar. Fungsi anus adalah mengeluarkan feses. Dinding anus di perkuat oleh 3 sfingter antara lain sfingter ani internus, levator ani, dan sfingter ani eksternus.
Dalam membantu terlaksananya pencernaan makanan secara kimiawi dibutuhkan organ-organ aksesoris yang meliputi hati, kantong empedu dan pankreas.
1. Hati
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, permukaan atas berbentuk cembung, dan terletak di bawah diafragma, terdapat lobus kanan dan kiri yang berfungsi memecah steroid, membuat empedu, membantu katabolisme karbohidrat, protein, lemak dan vitamin, memecah obat-obatan tertentu (Inayah, 2004 : 14).
2. Kantong empedu
Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh hati bersifat alkali untuk mencerna lemak 80 % getah empedu adalah pigmen zat warna antara lain strekobillin yang merupakan warna feses, berfungsi sebagai diabsorbsi kembali oleh darah dan memberi warna pada urin (urobilin) (Inayah, 2004 : 14).
3. Pankreas
Pankreas mempunyai dua kelenjar utama yaitu endokrin yang mengeluarkan insulin dan eksokrin yang meneruskan salurannya ke saluran pankreatik interna lalu ke saluran pankreatik eksterna yaitu duktus wirsung dan santorini (Inayah, 2004 : 11).
B. Pengertian
Tumor gaster terdiri atas tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak dibagi atas tumor jinak epitel (benigna epithelial tumor) dan tumor jinak non epitel. Neoplasma jaringan ikat yang banyak ditemukan adalah tumor otot polos. Perangai tumor ini sulit diramalkan, dan sulit dibedakan antara tumor ganas dan jinak berdasarkan kriteria histologis. Salah satu gambaran yang mengarah ke jinak ialah ukurannya yang kecil, berkapsul, aktivitas mitolik yang rendah dan tidak ditemukan nekrosis (Underwood, 2000 : 439). Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2005 : 555) tumor jinak yang tersering ditemukan adalah polip dan leiomioma yang dapat membentuk adenomatosa hiperplastik, atau fibroid. Leiomioma yang merupakan tumor jinak otot polos lambung tidak bersimpai sehingga sulit dibedakan dari bentuk yang ganas (leiomiosarkoma) gambaran klinis dapat terjadi pada semua kelompok umur dan umumnya tumor ini tidak memberikan gejala klinis, kalaupun ada hanya berupa nyeri yang tidak sembuh dengan antasid. Pemeriksaan fisik tidak menemukan sesuatu kelainan, bila ditemukan kelainan perlu dipikirkan adanya karsinoma.
C. Etiologi
Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 1078) penyebab tumor gaster dimulai dari gastritis kronis menjadi atropi dan metaplasia intestinal sampai displasia premaligna, telah diketahui sebagai prekursor tumor gaster. Sejumlah mekanisme yang mungkin menghubungkan antara H. pylori dengan tumor gaster. Infeksi yang berlangsung lama menyebabkan atrofi kelenjar dan menurunnya produksi asam secara bertahap. Menurut Underwood (2000 : 440) yang menjadi penyebab tumor gaster adalah diet tinggi makanan asap, kurang buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan risiko terhadap tumor lambung. Faktor lain yang berhubungan dengan insiden kanker lambung mencakup inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria, ulkus lambung, bakteri H. pylori, keturunan dan golongan darah A.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Soeparman (1998 : 114) menyatakan gejala klinis yang ditemukan tidak khas, dapat dalam bentuk keluhan nyeri epigastrium atau bila didapatkan komplikasi seperti perdarahan sukar di bedakan dengan perdarahan yang bersumber dari ulkus peptik. Gejala lain yang akan didapatkan adalah dalam bentuk akut abdomen, perdarahan saluran cerna bagian bawah atau gejala obstruksi. Menurut Brunner and Suddart (2002 : 1078) gejala awal dari tumor dan kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dimulai di kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang hilang dengan antasida dapat menyerupai gejala pada pasien dengan ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dispepsia, penurunan berat badan, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah.
E. Patofisiologi
Kanker dapat terjadi pada semua bagian lambung tetapi lebih sering ditemukan pada sepertiga distal. Kebanyakan kanker-kanker lambung adalah adeno karsinoma dan terjadi dalam bentuk-bentuk polypoid, ulseratif atau infiltratif. Bentuk ulseratif merupakan bentuk yang paling sering terjadi dan mungkin menampakkan gejala-gejala semacam ulkus peptikum, yang karenanya sering kali memperlambat diagnosis dan mendorong pasien untuk mengobati sendiri. Tumbuhnya kanker pada pintu masuk atau pintu keluar lambung dapat menimbulkan tanda-tanda obstruksi esofagus dan pilorus (nyeri ulu hati dan cepat kenyang). Pada umumnya bagaimanapun tanda-tanda awal dari kanker lambung tersebut tidaklah nampak. Kanker lambung dapat menyebar secara langsung melalui dinding lambung jaringan-jaringan yang berdekatan, ke pembuluh limfe, ke kelenjar limfe regional di lambung, ke organ-organ perut lain dan cenderung menyebar ke arah intraperitoneal. Prognosis tergantung pada dalamnya invasi dan tingkatan metastasis (Barbara C. Long, 1996 : 217).
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hadi (1999 : 271) pemeriksaan tumor gaster meliputi :
- Pemeriksaan fisik : berat badan, anemia, adanya massa.
- Perdarahan tersembunyi dalam tinja (occult blood) : tes benzidin.
- Sitologi dengan gastrofiberskop.
- Rontgenologik : posisi (terlentang, tengkurap dan oblik, serta kompresi).
- Gastroskopi : pemotretan isi lambung.
- Gastrobiopsi : pengambilan jaringan secara visual pada lesi.
- Fosfor radio aktif dan CT scanning.
G. Komplikasi
Menurut Sudayo (2006 : 351) komplikasi dari tumor gaster adalah sebagai berikut :
- Perforasi
- Hematemesis
- Obstruksi pada bagian bawah lambung dekat pilorus
- Adhesi
- penyebaran pada berbagai organ seperti hati, pankreas dan kolon.
H. Penatalaksanaan
Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 1081) tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat tumornya. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat di eksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini paling efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi dapat diperoleh dengan reaksi tumor. Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, puntung lambung di anastomosikan pada yeyenum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal di perbaiki dengan anastomosis pada organ vital lain seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi dan disfagia. Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap penyakit dan paliasi.
I. Fokus Pengkajian
Menurut Doenges (2000 : 997) dasar data pengkajian pasien antara lain :
1. Aktivitas
Gejala : Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur malam hari, keterbatasan partisipasi dalam hobi, tingkat stress tinggi.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja
Tanda : Perubahan pada TD
3. Integritas ego
Gejala : Masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, kehilangan kontrol, depresi.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola BAB, perubahan eliminasi urinarius.
Tanda : Perubahan pada usus, distensi abdomen.
5. Makanan atau cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual atau muntah, intoleransi makanan, perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit.
6. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope.
7. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajad bervariasi.
8. Pernafasan
Gejala : Merokok, pemajanan asbes.
9. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
10. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.
11. Interaksi sosial
Gejala : Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung masalah tentang fungsi atau tanggung jawab peran dan riwayat perkawinan.
12. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, penyakit metastatik, riwayat pengobatan.
Pemeriksaan diagnostik
- Scan dan ultrasound : identifikasi metastatik dan evaluasi respon pengobatan.
- Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum) : untuk menggambarkan pengobatan.
- Penanda tumor untuk monitor kanker dan membantu mendiagnosis kanker.
- Tes kimia skrining misalnya elektrolit, tes ginjal, tes hepar, tes tulang.
- JDL dengan diferensial dan trombosit : menunjukkan anemia. (Doenges, 2000 : 997)
J. Pathway dan Masalah Keperawatan
K. Fokus Intervensi
Dengan melihat pathway tumor gaster dan merumuskan diagnosa perawatannya, maka beberapa diagnosa perawatan tersebut menjadi fokus intervensi, antara lain menurut Brunner and Suddarth (2002) adalah :
1. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.
Intervensi :
a. Ciptakan lingkungan yang rileks dan tidak mengancam.
b. Berikan dorongan terhadap keluarga dalam mendukung pasien.
c. Berikan keterangan dan dukungan tindakan koping positif.
d. Anjurkan pasien tentang adanya prosedur dan pengobatan.
e. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan perasaan pribadi dengan orang pendukung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Intervensi :
a. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
b. Berikan makanan yang tidak mengiritasi lambung.
c. Berikan suplemen makanan yang tinggi kalori, vitamin A dan C, serta zat besi.
d. Pantau kecepatan dan frekwensi terapi intravena.
e. Catat masukan, haluaran dan berat badan tiap hari.
f. Kaji tanda-tanda dehidrasi (haus, mukosa kering, turgor kulit kering).
3. Nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal.
Intervensi :
a. Kaji intensitas, frekuensi, dan durasi nyeri.
b. Anjurkan untuk periode istirahat dan relaksasi.
c. Ajarkan tehnik untuk menghilangkan nyeri (imajinasi, distruksi, relaksasi, gosokan punggung, dan masase).
d. Kolaborasi tentang pemberian analgetik sesuai resep.
Doenges (2000) juga menambahkan diagnosa yang muncul pada kanker lambung berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
Tujuan : Tanda-tanda infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
b. Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat waktu.
Intervensi :
a. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung.
b. Tekankan higiene personal.
c. Pantau suhu, dan tingkatkan istirahat adekuat.
d. Kaji semua sistem terhadap tanda atau gejala infeksi secara kontinyu.
e. Ubah posisi dengan sering : pertahankan linen kering dan bebas kerutan.
f. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisikal : kecacatan bedah.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh.
b. Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
Intervensi :
a. Dorong diskusi pecahkan masalah tentang efek kanker atau pengobatan.
b. Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami.
c. Berikan dukungan emosi untuk pasien atau orang terdekat selama tes diagnostik.
d. Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima pada pasien dan pertahankan kontak mata.
e. Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien atau orang terdekat.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Tujuan : Kurang pengetahuan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan informasi akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan pada tingkatan kesiapan diri sendiri.
b. Melakukan perubahan gaya hidup yang perlu dan berpartisipasi dalam aturan pengobatan.
Intervensi :
a. Tinjau ulang dengan pasien atau orang terdekat pemahaman diagnosa khusus.
b. Berikan informasi yang jelas tentang kanker dan pengobatan kanker.
c. Berikan pengobatan antisipasi pada pasien atau orang terdekat mengenai pengobatan.
d. Tinjau ulang dengan pasien atau orang terdekat pentingnya mempertahankan status nutrisi optimal.
e. Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serat dalam diet serta latihan teratur.
7. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan.
Tujuan : Pasien dapat melakukan mobilisasi fisik secara optimal setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil : Meningkatnya atau memperhatikan mobilitas pada tempat paling tinggi yang mungkin, meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit.
Intervensi :
a. Kaji tingkat mobilitas yang dihasilkan oleh cidera atau pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi.
b. Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik.
c. Indikasikan pasien untuk bantu dalam rentang gerak pasif.
d. Bantu dorong perawatan diri atau kebersihan.
e. Berikan lingkungan yang aman.
BAB II RESUME KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu tanggal 04 Juni 2008 jam 08.00 WIB di bangsal Multazam Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Data diperoleh dari pemeriksaan fisik pasien, wawancara dengan keluarga, tim kesehatan lain dan dari catatan medik. Identitas pasien nama Tn. S, umur 64 tahun, alamat Kalioso Kalijambe Sragen, pekerjaan swasta, jenis kelamin laki-laki, no. register 152873, dengan diagnosa medis tumor gaster. Identitas penanggung jawab nama Ny. I, umur 41 tahun, alamat Kalijambe Sragen, hubungan dengan pasien saudara.
Keluhan utama pasien mengatakan tubuhnya terasa lemas. Riwayat penyakit sekarang pada 2 minggu terakhir ini pasien merasakan nyeri pada perut kiri atas, kemudian pasien dibawa ke RS. PKU Muhammadiyah Surakarta karena tidak kuat menahan nyeri. Di IGD pasien mendapat terapi infus RL 20 tpm, kemudian pasien dipindah ke bangsal Multazam dan mendapat injeksi kalnex 250 mg/ 12 jam, ranitidin 50 mg/ 12 jam dan neurobat 2 cc/ 12 jam, merasakan mual dan muntah 1 kali. Riwayat penyakit dahulu pasien belum pernah menderita penyakit yang serius dan belum pernah mondok di rumah sakit. Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun dan menular (DM, hipertensi, jantung dan lain-lain).
Hasil pengkajian pola kebiasaan didapat oksigenasi pasien bernafas spontan dengan respirasi 26 x/menit, terpasang O2 3 liter/menit, sedikit sesak nafas. Nutrisi pasien makan habis ¼ porsi yang disajikan dari rumah sakit dengan komposisi bubur nasi, sayuran, dan lauk, pasien tidak mengkonsumsi makanan ringan dari luar. Cairan dan elektrolit pasien minum ± 5-6 gelas/hari, setiap minum yang disajikan dari rumah sakit selalu habis dan ditambah air putih (dari rumah), pasien juga mendapatkan terapi infus RL 20 tetes/menit. Eliminasi pasien BAB 1 kali/hari dengan konsistensi padat hitam, bau khas dan keluar sedikit, pasien BAK ± 4 kali/hari dengan warna kuning jernih, bau khas, tidak ada kesulitan. Istirahat tidur selama sakit pasien istirahat tidur ± 7 jam/hari dan nyenyak baik pada malam hari maupun siang hari. Aktivitas selama sakit, aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Personal higiene selama sakit pasien pagi dan sore disibin oleh keluarga, pasien tidak menggosok gigi hanya berkumur saja, karena tidak tahu cara menggosok gigi di atas tempat tidur. Aman dan nyaman selama sakit pasien merasa aman karena selalu didampingi oleh istrinya dan berada di bawah pengawasan dokter, ia yakin akan sembuh. Pasien merasa tidak nyaman karena seluruh tubuhnya lemas. Cinta mencintai pasien mengatakan merasa lebih diperhatikan dan merasa sangat disayangi oleh keluarga yang selalu mendampinginya di rumah sakit. Aktualisasi diri pasien tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar karena keadaannya yang lemah dan harus banyak istirahat. Gambaran diri pasien mengatakan dirinya sedang sakit dan bagian tubuh yang sakit adalah perut kirinya. Ideal diri pasien berharap cepat sembuh pulih kembali ke keadaan sehat dan cepat keluar dari rumah sakit. Peran pasien sebagai kepala rumah tangga meskipun sakit ia tetap dihormati dan merasa sangat dibutuhkan oleh keluarganya. Identitas diri pasien menyadari bahwa dirinya adalah seorang laki-laki tua berusia 64 tahun dan sedang sakit. Harga diri pasien merasa harga dirinya tetap karena meskipun sedang sakit ia masih bisa berhubungan atau berkomunikasi dengan lancar. Psikologis pasien menyadari kalau dirinya sedang sakit tumor dan ia cemas dengan penyakitnya. Spiritual pasien jarang melaksanakan ibadah sholat karena dirinya lemah dan ia lebih banyak berdoa agar lekas sembuh. Pengetahuan pasien mengatakan belum mengetahui banyak tentang penyakitnya, dan belum mengetahui pentingnya nutrisi atau diet yang dibutuhkan olehnya.
Hasil pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, tekanan darah 120/70 mmHg, suhu 36,8°C, nadi 108 x/menit, respirasi 26 x/menit, berat badan 63 kg. Kepala rambut lurus, pendek dan hitam, tidak berketombe, tidak ada lesi, mata tidak cekung, konjungtiva an anemis, hidung tidak ada sekret, berfungsi dengan baik, tidak ada lesi, tidak ada serumen. Untuk leher tidak pembesaran kelenjar tyroid. Thorak pengembangan paru simetris kanan dan kiri, tidak ada benjolan dan nyeri tekan, sonor, tidak ada wheezing. Jantung ictus cordis tidak tampak, ictus cordis kuat angkat, pekak, bunyi jantung I sama dengan bunyi jantung II dan reguler. Abdomen tidak ada lesi atau lecet, peristaltik usus 6 x/menit, tympani, teraba massa atau benjolan di sebelah kiri atas. Genetalia pasien bersih, tidak terpasang DC, tidak ada kesulitan dalam berkemih. Ekstremitas atas terpasang infus RL 20 tetes/menit di tangan kanan, tidak ada oedem dan lila 23 cm, pengerakan baik, bawah tidak ada oedem dan pergerakan baik. Kulit tidak ada lesi tampak kering.
Hasil pengkajian data penunjang didapatkan sebagai berikut : hasil pemeriksaan hematologi tanggal 02 Juni 2008 didapatkan hemoglobin 3,6 gr/dl, leukosit 16.000 /mm3, trombosit 1.040.000 /mm3. Hasil pemeriksaan radiologi tanggal 17 Mei 2008 didapatkan radiologis KP duplek lama aktif dengan cardio megali, tidak ada tanda-tanda illeus, peritonitis, atau perforasi cenderung meteorismus ringan. Hasil pemeriksaan ECG tanggal 02 Juni 2008 didapatkan kesan normal dan sinus ritme. Terapi tanggal 04 Juni 2008 transfusi PRC golongan darah A 5 colf, diteruskan infus RL 20 tpm, kalnex 250 mg/ 12 jam, ranitidin 50 mg/ 12 jam, neurobat 2 cc/ 12 jam.
B. Analisa Data
No | Data | Etiologi | Problem |
1. | DS : Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang, lemah seluruh tubuh, muntah satu kali, BAB sedikit dan padat. DO : Makan habis ¼ porsi, terpasang infus RL 20 tetes/menit, LILA 23 cm, hemoglobin 3,6 gr/dl, keadaan umum lemah, BAB warna hitam, transfusi PRC golongan darah A 5 colf | Anoreksia | Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh |
2. | DS : Pasien mengatakan seluruh tubuhnya lemah, dan aktivitas dibantu oleh keluarga DO : Terpasang O2 3 liter/menit, sibin dibantu keluarga, pasien tampak tiduran, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 108 x/menit, suhu 36,8°C, respirasi 26 x/menit | Penyakit dan pengobatan yang diantisipasi | Ansietas |
3. | DS : Pasien mengatakan menanyakan tentang kondisinya dan perlunya gizi seimbang DO : Pasien makan habis ¼ porsi, keadaan umum lemah, pasien bertanya tentang kondisinya | Kurang informasi | Kurang pengetahuan |
Berdasarkan analisa data maka dapat diprioritaskan diagnoa keperawatan sebagai berikut :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
2. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Kriteria hasil : mengikuti kembali pola makan yang normal, masukan kalori adekuat untuk mempertahankan berat badan. Intervensi : observasi dan kaji status nutrisi pasien, berikan makanan yang disukai pasien dalam batas diet, anjurkan makan sedikit tapi sering, catat masukan haluaran dan berat badan tiap hari, pantau kecepatan dan frekuensi terapi intravena, kolaborasi tentang pemberian fungsi obat.
Implementasi tanggal 04 Juni 2008 pukul 08.00 WIB mengukur tanda-tanda vital : tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 60 x/menit, suhu 36,8° C, respirasi 26 x/menit, mengukur lingkar lengan atas, memonitor tetesan infus. Pukul 09.10 WIB memberikan injeksi kalnex 250 mg/ 12 jam dan ranitidin 50 mg / 12 jam dan memberikan fooding pagi, menganjurkan makan sedikit tapi sering.
Evaluasi pada tanggal 04 Juni 2008 pukul 12.30 WIB subyektif : pasien mengatakan nafsu makannya meningkat, tubuhnya masih lemah, tidak muntah lagi, obyektif : makan habis ½ porsi, fooding pagi dihabiskan. Assesment : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian, planning : intervensi dilanjutkan dengan menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.
2. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi
Tujuan ansietas berkurang atau teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam. Kriteria hasil : ansietas berkurang, pasien tidak menunjukkan ansietas yang berlebihan, tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi : dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, ciptakan lingkungan yang rileks dan tidak mengancam, berikan ketenangan dan dukungan, anjurkan pasien untuk mendiskusikan perasaan pribadi dengan orang pendukung.
Implementasi, Rabu 04 Juni 2008 pukul 08.30 WIB menciptakan lingkungan yang nyaman, menambahkan cairan humudifier, menganjurkan kepada keluarga untuk membatasi pengunjung, mengganti linen yang kotor dan merapikannya, menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang adanya prosedur dan pengobatan.
Evaluasi : pada tanggal 04 Juni 2008 pukul 12.30 WIB subyektif : pasien mengatakan masih cemas atas penyakitnya, aktivitas masih dibantu keluarga, obyektif : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 90 x/menit, suhu 36,6°C, respirasi 21 x/menit, tampak tiduran. Aktivitas dibantu keluarga, terpasang O2 3 liter/menit. Assesment : ansietas teratasi sebagian, planning : intervensi dilanjutkan dengan pantau tingkat ansietas dan beri pendekatan terhadap pasien.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan pengetahuan pasien tentan kondisinya teratasi atau bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit. Intervensi : kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga, beri kesempatan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, beri penjelasan atau pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang.
Implementasi hari Rabu tanggal 04 Juni 2008 pukul 09.45 mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga, memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya, 10.30 WIB memberikan penyuluhan pasien tentang pentingnya nutrisi dan gizi seimbang.
Evaluasi pada tanggal 04 Juni 2008 subyektif : pasien sudah mengerti tentang fungsi nutrisi dan gizi seimbang, obyektif : pasien tidak bertanya lagi kepada perawat. Assesment : masalah teratasi, planning : intervensi dihentikan.
.